8 Siswa MAN 2 Bogor Terciduk Merokok Saat Waktu Salat Jumat
Bogor, VIVA Bogor – Citra lembaga pendidikan Islam kembali tercoreng. Delapan siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Bogor menjadi sorotan setelah kedapatan melanggar tata tertib sekolah dengan merokok saat umat Muslim tengah melaksanakan ibadah Salat Jumat, Jumat, 10 Oktober 2025.
Informasi yang beredar menyebutkan, para siswa tersebut terlihat merokok di wilayah Desa Sibanteng. Awalnya, lokasi kejadian dikabarkan berada di dekat kantor desa, namun pihak sekolah kemudian memberikan klarifikasi.
Bidang Kesiswaan Man 2 Bogor
- -
“Benar ada pelanggaran. Tapi setelah dikonfirmasi ke anak-anak, ternyata bukan di kantor desa, melainkan di sebelahnya, di rumah salah satu siswa MAN juga,” jelas Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan MAN 2 Bogor, Tulus Pamuji Santoso, saat dikonfirmasi Senin, 13 Oktober 2025.
Menurut Tulus, para siswa berada di lokasi tersebut sambil menunggu waktu Salat Jumat. Mereka pun mengaku tetap mengikuti ibadah Jumat, namun aktivitas merokok itulah yang menjadi pokok pelanggaran serius.
“Beberapa siswa sudah mengakui bahwa mereka merokok di sana. Ini menjadi perhatian serius bagi pihak sekolah,” tegasnya.
Tulus menegaskan bahwa MAN 2 Bogor memiliki aturan ketat terkait larangan merokok, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah saat mengenakan seragam.
“Sejak awal masuk sudah ditekankan bahwa merokok tidak diizinkan, apalagi dengan memakai seragam sekolah,” ujarnya.
Ia menduga pelanggaran tersebut terjadi karena faktor kecanduan.
“Sebagian dari mereka di rumah memang sudah terbiasa merokok. Jadi bisa jadi ini karena aspek kecanduan, sehingga mereka mencari waktu di luar jam pelajaran,” tambahnya.
Sebagai tindak lanjut, pihak sekolah telah memberikan poin pelanggaran kepada kedelapan siswa tersebut. Orang tua mereka juga akan dipanggil untuk dilakukan pembinaan bersama.
“Merokok termasuk pelanggaran yang ada poinnya. Kalau baru sekali, mungkin belum sampai Surat Peringatan (SP) 1. Tapi kalau sudah berulang dan poin mencapai 50, maka akan kami keluarkan SP1,” pungkas Tulus.
Insiden ini memunculkan kembali pertanyaan tentang efektivitas pembinaan karakter dan pengawasan kedisiplinan di sekolah berbasis agama, terutama terhadap perilaku siswa di luar lingkungan sekolah.