Curhat Peneliti Soal Penyakit Parasit Pada Komodo Hingga Status Hewan Langka
- Freepik
Aktivitas manusia jadi penyebab utama, yang diikuti kerusakan habitat akibat penebangan hutan dan pemecahan lahan. Selain itu, inbreeding atau perkawinan antar individu dekat berdampak pada berkurangnya keragaman genetik, dan persaingan pangan dengan manusia serta perubahan iklim semakin memperburuk kondisi.
Ancaman lain seperti perdagangan ilegal dan penyakit zoonotik yang dapat menular antara hewan dan manusia. "Upaya konservasi yang baik harus mengurangi interaksi antara satwa liar dan manusia. Komodo seharusnya tetap berada di habitat aslinya tanpa terlalu banyak didekati," tegas Aji yang dikutip pada Jumat, 26 September 2025.
Etno-Konservasi Masyarakat Lokal dalam Pelestarian Aji yang adalah seorang dokter hewan menyatakan bahwa pelestarian komodo tidak bisa dipisahkan dari partisipasi masyarakat setempat. Di Pulau Komodo, konsep etno-konservasi melihat komodo sebagai "saudara sepupu" manusia, yang mendorong perlindungan meskipun terkadang komodo mengganggu ternak.
"Prinsip ini mencegah eksploitasi alam hanya sebagai sumber pendapatan sambil memastikan kesejahteraan bagi masyarakat," ujarnya. Pendidikan dan pemberdayaan menjadi strategi utama untuk mengintegrasikan konservasi dengan pembangunan ekonomi lokal, seperti ekowisata berkelanjutan.
Pendekatan ini membangun kepercayaan melalui partisipasi masyarakat, yang sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang. Wisnu, sebagai peneliti yang pernah mempelajari penyakit parasit pada komodo, menyoroti risiko infeksi parasit, cacingan, serta penularan dari manusia yang dapat mengurangi jumlah populasi.
"Penyakit-penyakit ini tidak hanya melemahkan individu, tetapi juga dapat memengaruhi dinamika populasi secara keseluruhan," ujarnya. Ia juga menekankan adanya kesenjangan dalam penelitian di Indonesia.
"Publikasi terkait hewan langka seperti komodo sangat diminati di jurnal internasional, tetapi di dalam negeri, penelitian ini kurang diminati karena keterbatasan dana," jelas Wisnu. Menurutnya, perlu adanya peningkatan pendanaan untuk penelitian konservasi agar database ilmiah mengenai komodo dapat lebih kaya.
Sumber: VIVA.co.id.