Mencampur Faktor Dingin Dan Panas Dalam Makanan, Termasuk Thibbun Nabawi?
- Yuni Retnowati
Aisyah r.a. juga menerapkan konsep campuran dingin dan panas. Dalam literatur Tibb Nabawi dan riwayat hidup para sahabat, riwayat dan praktik makan Aisyah r.a., terlihat bahwa beliau memperhatikan keseimbangan makanan, dan hal ini selaras dengan konsep campuran panas dan dingin dalam makanan. Aisyah r.a. berkata:
"Rasulullah SAW biasa memakan kurma bersama mentimun."(HR. Bukhari). Kurma adalah makanan yang bersifat panas. Mentimun adalah makanan yang bersifat dingin.
Diriwayatkan bahwa Aisyah r.a. hidup dengan sangat sederhana dan lebih mementingkan kesehatan dan keberkahan, bukan sekadar kenikmatan. Beliau tidak berlebihan dalam makanan, dan sering mengonsumsi makanan yang alami dan seimbang.
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (ulama besar yang menulis Tibb Nabawi), tubuh manusia bisa terganggu jika terus-menerus mengonsumsi makanan dari satu sifat (terlalu panas atau terlalu dingin). Maka, Nabi dan para sahabat seperti Aisyah r.a. mencampur makanan agar tubuh tetap dalam kondisi seimbang (mizaj).
Aisyah r.a. menerapkan praktik mencampur makanan panas dan dingin, walau istilah itu mungkin tidak disebut secara langsung. Pola makan yang seimbang, tidak berlebihan, dan alami. Tradisi Rasulullah SAW yang juga diikuti oleh beliau.