Santri Bicara: Hormat Bukan Kultus, Disiplin Bukan Penindasan

Postingan Instagram PPMU (Pondok Pesantren Madarijul Ulum Pelamunan)
Sumber :
  • Instagram: ppmu.pusat

Jakarta, VIVA Bogor – Sebuah tayangan di Trans 7 menuai kritik publik setelah dianggap menampilkan narasi yang berpotensi menyinggung isu SARA dan merendahkan martabat kiai serta santri.

Tayangan tersebut, yang diklaim bersifat kritik sosial, dinilai tidak berimbang dan justru menimbulkan persepsi miring tentang kehidupan pesantren.

Reaksi keras datang dari berbagai kalangan, salah satunya PPMU (Pondok Pesantren Madarijul Ulum Pelamunan) melalui akun Instagram resminya, @ppmu.pusat.

Dalam unggahan itu, mereka menegaskan bahwa pesantren bukan tempat feodal atau represif, melainkan ruang pembentukan karakter dan akhlak.

“Dunia luar sering melihat kedisiplinan sebagai penindasan, penghormatan sebagai feodalisme, dan pengabdian sebagai perbudakan. Padahal, bagi kami santri, semua itu adalah latihan jiwa untuk menata hati dan akhlak,” tulis PPMU.

Pihak pesantren menilai, narasi yang muncul dalam tayangan tersebut mempersempit cara pandang masyarakat terhadap dunia pesantren.

Terlebih setelah beberapa kasus di Sidoarjo, banyak media dan influencer yang dianggap “menggoreng isu” tentang santri tanpa memahami konteks dan nilai-nilai pesantren secara utuh.

“Kami tidak memuja kiai sebagai penguasa, tapi menghormatinya sebagai perantara ilmu dan pembentuk karakter,” lanjut pernyataan itu.

Pesantren adalah ruang pembelajaran spiritual dan sosial, tempat generasi muda ditempa untuk menjadi pribadi berakhlak, berilmu, dan mandiri.

Kritik memang penting, tapi harus disampaikan dengan etika dan pemahaman konteks budaya agar tidak berubah menjadi penghinaan terhadap lembaga yang selama ini berkontribusi besar bagi pendidikan bangsa.