PDAM Kota Bogor Mati, Warga Panik Kesulitan Air: “Belum Mandi Sejak Malam!”

Warga Sindangsari antre mengambil air akibat PDAM Mati.
Sumber :
  • Febri Daniel Manalu

Bogor, VIVA Bogor –Ratusan warga RW 07 Kelurahan Sindangsari, Kecamatan Bogor Tengah, terpaksa menghadapi krisis air bersih sejak Senin malam, 13 Oktober 2025.

Wali Kota Bogor Hadiri Global Forum Urban Food Policy Pact 2025 di Milan

Pasokan air dari PDAM Tirta Pakuan mati total selama hampir dua hari, membuat aktivitas warga terganggu — mulai dari mandi, mencuci, hingga berwudhu untuk beribadah.

Ketua RW 07 Sindangsari, Sopian Sauri, mengatakan aliran air berhenti sejak pukul 22.00 malam hingga Rabu Sore tanpa pemberitahuan dari pihak PDAM. “Janji PDAM katanya cuma sampai jam dua siang, tapi molor. Untung setelah saya telepon, satu tangki air langsung dikirim ke warga,” ujar Sopian saat ditemui di lokasi, Selasa, 14 Oktober 2025.

Edi Wijaya Pimpin Aspedi Jabar 1, Siap Bawa Organisasi Lebih Profesional dan Inovatif

Menurutnya, warga sempat panik karena stok air sudah menipis sejak pagi. “Banyak yang belum salat, belum mandi, belum bisa masak. Saya saja belum mandi dari malam karena lebih penting memastikan warga dapat air dulu. Alhamdulillah satu tangki langsung habis,” ujarnya.

Sopian menjelaskan, gangguan pasokan air disebabkan oleh perbaikan dua titik pipa utama PDAM di Jalan Merdeka, tepat di depan PGB. “Informasinya ada penggantian pipa besar ukuran 12x12 dan 3x8. Saya lihat sendiri di lapangan memang sedang diperbaiki,” katanya.

Dinkes Kota Bogor Ajak Masyarakat Peduli Kesehatan Mental di Hari Kesehatan Jiwa Sedunia

Namun, warga menyesalkan tidak adanya pemberitahuan resmi dari PDAM. “Saya baru tahu jam setengah tiga pagi pas bangun tidur, air sudah enggak keluar,” keluhnya.

Satu tangki air bantuan PDAM kemudian dibagikan untuk empat RT terdampak: RT 1, RT 2, RT 3, dan RT 5. Sementara RT 4 dan RT 6 masih bisa mengambil air dari sumber mata air alternatif yang jaraknya cukup jauh.

“Jadi satu tangki kita fokuskan untuk warga yang benar-benar kehabisan air,” jelasnya. Diperkirakan sekitar 430 kepala keluarga (KK) terdampak langsung akibat gangguan ini. Beberapa warga bahkan terpaksa membeli air galon untuk kebutuhan mendesak. “Kelihatannya ada juga yang beli air, mungkin yang kerja atau punya uang lebih,” kata Sopian.

Meski antrean panjang sempat terjadi, pembagian air berjalan tertib. “Saya utamakan yang belum dapat sama sekali. Kalau sudah dua atau tiga kali ambil, saya kesampingkan dulu supaya semua kebagian,” tuturnya. Namun, satu tangki dinilai belum cukup memenuhi kebutuhan warga.

Halaman Selanjutnya
img_title