Kekayaan Harta Bukan Dosa: Menjadi Muslim Kaya yang Bertaqwa dan Dermawan
- Ilustrasi
Bogor, VIVA Bogor – Dalam pandangan Islam, kekayaan bukanlah dosa. Justru, menjadi Muslim yang kaya bisa menjadi jalan menuju ketakwaan dan kebermanfaatan jika harta digunakan di jalan yang benar. Islam tidak pernah memusuhi harta, tetapi mengajarkan agar harta tidak menguasai hati manusia.
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada iri kecuali kepada dua orang: orang yang Allah berikan harta lalu ia menginfakkannya di jalan yang benar, dan orang yang Allah beri hikmah lalu ia mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadist ini selaras dengan firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 261:
“Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai; pada tiap-tiap tangkai ada seratus biji.”
Kekayaan sejati bukan diukur dari jumlah saldo atau aset yang dimiliki, melainkan dari seberapa besar manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain. Dalam Islam, harta yang halal dan dibelanjakan untuk kebaikan akan menjadi sadaqah jariyah yang terus mengalir pahalanya.
Menjadi Muslim kaya bukan berarti hidup berlebihan. Justru, seorang Muslim yang bertaqwa akan memahami bahwa kekayaan adalah amanah, bukan milik pribadi sepenuhnya. Ia akan tetap rendah hati, gemar berbagi, dan menjadikan harta sebagai alat untuk menolong sesama.
Kehidupan para sahabat seperti Abdurrahman bin Auf menjadi bukti nyata bahwa menjadi kaya dan bertaqwa bisa berjalan seiring. Ia dikenal sebagai pedagang sukses yang dermawan dan tetap zuhud, karena kekayaannya tak membuatnya lupa pada akhirat.
Islam mengajarkan keseimbangan: bekerja keras mencari nafkah yang halal, bersyukur atas rezeki yang diperoleh, dan menyalurkan sebagian untuk menolong sesama. Dengan begitu, kekayaan tidak menjadi sumber kesombongan, tetapi sarana menuju surga.
Wallaahu'alam