FoMO (Fear of Missing Out) : Waspadai, Bisa Jadi Gejala Kurangnya Rasa Syukur
- Yuni Retnowati
Bogor, VIVA Bogor – FoMO (Fear of Missing Out) atau ketakutan akan tertinggal sering kali dihubungkan dengan kegelisahan yang muncul ketika seseorang merasa ketinggalan informasi, pengalaman, atau kesenangan yang sedang dialami orang lain. Dalam Islam, fenomena ini bisa dikaji dari berbagai sudut pandang, terutama terkait dengan kesehatan jiwa, sikap qana'ah (merasa cukup), dan niat hidup.
FoMO biasanya muncul karena perasaan tidak puas dengan apa yang dimiliki, dan ini bertentangan dengan nilai qana'ah dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda, "Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, tetapi kekayaan yang sejati adalah kekayaan jiwa."
(HR. Bukhari dan Muslim). Islam mengajarkan untuk bersyukur dan tidak selalu membandingkan diri dengan orang lain, karena hal itu bisa merusak hati.
Dikhawatirkan FoMO bisa memicu hasad, yaitu rasa iri terhadap nikmat yang dimiliki orang lain, yang dilarang dalam Islam. Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain..."
(QS. An-Nisa: 32)
Biasanya FoMO sangat sering dipicu oleh media sosial, di mana orang membandingkan kehidupannya dengan postingan orang lain. Ini berisiko menimbulkan kebohongan sosial dan mengganggu ketenangan batin. Rasulullah SAW bersabda, "Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak berguna baginya."(HR. Tirmidzi). Media sosial bisa memuat hal yang tidak berguna, bahkan merusak hati, jika tidak digunakan dengan bijak.
FoMO sering membuat seseorang melakukan sesuatu bukan karena Allah, tapi karena ingin ikut-ikutan atau dianggap keren oleh orang lain. Ini bertentangan dengan keikhlasan. "Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya..."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Solusi Islam terhadap FoMO
1. Tumbuhkan qana'ah (rasa cukup): Fokus pada nikmat yang sudah dimiliki.
2. Perkuat dzikir dan syukur: Mengingat Allah membuat hati tenang.
3. Batasi konsumsi media sosial: Hindari konten yang memicu perbandingan sosial.
4. Perbaiki niat: Lakukan hal-hal karena Allah, bukan karena tekanan sosial.
5. Cari lingkungan positif: Bertemanlah dengan orang-orang yang memotivasi ke arah kebaikan, bukan yang membuat cemas dan iri.