Kerap Jadi Perilaku Pejabat Negara, Islam Punya Pandangan Sendiri Soal Flexing dan Hedonisme

Ilustrasi flexing dan hedonismw/freepik
Sumber :
  • Freepik

Bogor –Perbuatan flexing dan hedonisme merupakan suatu tindakan pamer atau riya. Keduanya merupakan perbuatan sangat tercela menurut Islam.

“Takut Jadi Kaya, Padahal Islam Tak Melarang: Ini Makna Sejati Hidup Sederhana dalam Pandangan Rasulullah”

Tindakan flexing sendiri termasuk bentuk riya atau pamer ibadah ataupun takabur (sombong karena dunia). Itu semua tergantung pada niat dan tujuan dari si pelaku flexing. Jika dilakukan demi menunjukkan kelebihan dan menimbulkan rasa iri atau rendah diri orang lain, maka perbuatan itu berdosa.

Perlu diingat bahwa flexing adalah perilaku memamerkan kekayaan, status sosial, pencapaian, atau barang-barang mewah dengan tujuan dapat pengakuan atau pujian dari orang lain. Umumnya, para pelaku mengungkapkannya melalui media sosial, seperti memamerkan mobil, rumah, pakaian, liburan, atau gaya hidup glamor.

Rahasia Sehat dari Sunah Minum Nabi: Sedikit Demi Sedikit, Penuh Syukur

Sementara, hedonisme itu pandangan hidup yang menjadikan kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan materi sebagai tujuan utama. Pada zaman modern ini, hedonisme kerap nampak pada gaya hidup mewah, pesta, konsumsi berlebihan, dan mengejar kebahagiaan duniawi secara ekstrem.

Islam sendiri memandang perbuatan pamer atau riya adalah perbuatan yang sangat tercela. Bahkan melarangnya. Allah SWT berfirman:

Mengulik Cuka Sebagai Makanan Kesukaan Rosulullah

"Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."(QS. An-Nisa: 36)

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Barang siapa yang memperlihatkan amalnya (riya), maka Allah akan memperlihatkan (aib)nya, dan barang siapa yang berbuat untuk didengar orang, maka Allah akan memperdengarkan (aib)nya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun, Islam tidak melarang pemeluk Islam menikmati kenikmatan duniawi. Hanya saja, perlu seimbang, halal, dan tidak melampaui batas (israf).

Allah SWT berfirman:

 "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia..." (QS. Al-Qasas: 77)

Pemeluk Islam boleh makan enak, pakai pakaian bagus, atau berlibur, selama sumbernya halal, tidak berlebihan, tidak membuat lupa akhirat, tidak melukai perasaan orang lain atau menimbulkan iri

Sementara, tindakan hedonis sendiri mampu membuat seseorang lupa akan kematian, tanggungjawab sosial, dan ibadah. 

Nabi SAW bersabda:

 "Demi Allah, bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa." (HR. Bukhari dan Muslim)

Halaman Selanjutnya
img_title