Dinkes Kota Bogor Ajak Masyarakat Peduli Kesehatan Mental di Hari Kesehatan Jiwa Sedunia

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, dr. Sri Nowo Retno, M.A.R.S
Sumber :
  • Istimewa : Dinas Kesehatan Kota Bogor

Bogor, VIVA Bogor –Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang jatuh pada 10 Oktober menjadi momentum penting bagi masyarakat untuk kembali menaruh perhatian pada kesehatan mental. Tahun ini, tema global “Access to Service Mental Health in Catastrophes and Emergencies” di Indonesia diterjemahkan menjadi “Sehat Jiwa dalam Segala Situasi.”

PDAM Kota Bogor Mati, Warga Panik Kesulitan Air: “Belum Mandi Sejak Malam!”

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, dr. Sri Nowo Retno, M.A.R.S, menegaskan bahwa kesehatan jiwa merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang harus dijaga, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.

“Mari saling peduli, saling dengar, dan saling jaga. Jiwa yang sehat adalah pondasi kehidupan yang kuat,” ujar dr. Retno di Bogor, Senin, 13 Oktober 2025.

66,6 Persen Warga Kota Bogor Alami Gangguan Jiwa Berat, Dinkes Ajak Masyarakat Peduli Kesehatan Mental

Gangguan kesehatan jiwa kini menjadi penyebab kedua tertinggi Years Lived with Disability (YLDs) di Indonesia setelah gangguan otot dan rangka. Berdasarkan data nasional, depresi (3,69%), anxietas atau gangguan kecemasan (3,56%), dan skizofrenia (2,09%) menempati urutan teratas.

Sementara itu, data Dinas Kesehatan Kota Bogor per September 2025 menunjukkan bahwa 22,2% penduduk mengalami gangguan kecemasan, 11,2% mengalami depresi, dan 66,6% mengalami gangguan jiwa berat.

Edi Wijaya Pimpin Aspedi Jabar 1, Siap Bawa Organisasi Lebih Profesional dan Inovatif

“Angka ini menjadi alarm bahwa kesadaran masyarakat terhadap kesehatan jiwa perlu terus diperkuat. Banyak yang belum berani terbuka atau mencari pertolongan profesional,” tutur dr. Retno.

Menurutnya, gangguan kesehatan jiwa bisa disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal mencakup perubahan kondisi fisik, perjalanan hidup, hingga tekanan pekerjaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berupa konflik keluarga, tekanan sosial, hingga bencana alam.

“Sehat jiwa dalam segala situasi berarti kemampuan seseorang untuk tetap tangguh menghadapi tekanan, baik dari dalam diri maupun lingkungan,” tambahnya. Dinkes Kota Bogor juga mendorong penerapan P3LP (Pertolongan Pertama Pada Luka Psikologis) yang bisa dilakukan oleh masyarakat, bahkan non-tenaga kesehatan.

Konsep P3LP meliputi memperhatikan gejala psikologis dan situasi sekitar, mendengarkan secara empatik, serta menghubungkan individu dengan tenaga profesional yang dapat membantu lebih lanjut.

“Jika seseorang mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan, segera lakukan P3LP. Bila masalah terus berlanjut, jangan ragu mencari bantuan profesional,” jelas dr. Retno. Dinas Kesehatan Kota Bogor berkomitmen memperkuat layanan kesehatan jiwa di fasilitas primer seperti puskesmas dan rumah sakit, melalui kolaborasi lintas sektor serta jejaring masyarakat.

“Kami terus mengedepankan upaya promotif, preventif, dan edukasi publik. Literasi kesehatan mental harus menjadi budaya agar masyarakat lebih peduli dan tanggap,” tegasnya.

Momentum Hari Kesehatan Jiwa Sedunia diharapkan dapat meningkatkan literasi masyarakat, menumbuhkan empati, dan memperluas akses layanan bagi semua kalangan.

“Mari wujudkan dalam segala situasi: kesehatan jiwa dan raga yang sehat, tangguh, dan bahagia. Karena tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa,” tutup dr. Retno. kesehatan jiwa, Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Dinkes Kota Bogor, dr Sri Nowo Retno, depresi, anxietas, skizofrenia, P3LP, kesehatan mental, mental health Bogor